---Pukul 07.00 di Toko Hewan Bahagia---
"Bener nih? Udah kamu pikirin, Nab?" tanya Rezka, tampaknya tidak percaya. Aku hanya mengangguk. "Yah ... udah lah, pastinya. Yuk deh" kataku. Kami berlima pun berjalan memasuki sebuah toko hewan dengan papan nama yang besar dan mencolok "Toko Hewan Bahagia". Seorang bapak-bapak setengah baya menghampiri kami dengan wajah ramahnya. Hoho~ aku ada firasat buruk. "Ingin membeli hewan apa?" tanya bapak-bapak itu. "Bukan. Bukan ingin membeli hewan. Kami ingin melamar pekerjaan" senyum Thara sopan. "Ooh ... boleh" angguk bapak itu senang. Mari kita lewatkan bagian saat kami melamar pekerjaan di toko hewan itu.
---Setengah jam kemudian---
"Seragam Toko Hewan Bahagia keren juga ya?" gumam Medina terpesona. "Apaan yang keren? Cuma celemek yang dikasih tulisan 'Toko Hewan Bahagia' kok" kata Thara. "Pada ngedumel mulu nih, udah, kita mulai kerja aja" kataku, soalnya aku emang pengen banget kerja di toko hewan. "Oh ya, siapa nama bapak pemilik toko hewan ini?" tanya Rezka, penasaran, karena sedari tadi bapak itu tidak memberi tahu namanya. "Pak Bahagia. Nama tokonya aja Toko Hewan Bahagia" jawab Yusifa yang emang stalker (penguntit) sejati.
"Ah elah, kejam amat yang nulis, pake bilang aku stalker sejati lagi!" rutuk Yusifa. "Heeh? Emang ada orang yang punya nama Bahagia? Langka amat" komentarku. "Ada kok. Pak Bahagia yang lagi makan di depan" kata Yusifa sambil menunjuk Pak Bahagia yang sedang duduk di depan, makan sambil menunggu pengunjung. "Ya udah, ayo kerja deh!" ajak Medina, rasa semangatnya tampaknya besar. Padahal biasanya dia males ngapa-ngapain. "Kerja apaan? Pengunjungnya kan belom ada yang dateng" gumam Rezka, tiba-tiba dia jadi terlihat seperti orang pemalas.
Kami pun keluar dari ruangan dan akhirnya hanya duduk-duduk saja, habis pengunjung belum ada yang datang. Tak lama kemudian, KLINING! Rupanya ada yang masuk. Ternyata bukan pengunjung, tapi Bagas, teman kami. "Lho? Mau beli hewan, Bagas?" tanya kami, sekedar berbasa-basi. "Nggak kok. Aku kan kerja di sini" kata Bagas, lalu mengenakan celemek yang jadi seragam di toko hewan itu. "Baru tau aku!" kata Rezka.
"Ya iyalah, orang baru kemaren kerja disini, tanya deh sama Pak Bahagia" kata Bagas dengan pelan. "Dari tadi belum ada yang datang? Kok rasanya tumben sepi?" tanya Bagas pada kami. "Au ...!" jawabku. Sementara Thara, Yusifa, Medina dan Rezka berpura-pura mengobrol, mengacuhkan si Bagas.Sampai jam dua belas siang tidak ada satupun pengunjung di Toko Hewan Bahagia hingga akhirnya Pak Bahagia menyuruh kami berlima terkecuali Bagas untuk pulang. "Lho? Kok saya nggak boleh pulang, Pak?" tanya Bagas. "Kemarin kamu buat para pengunjung ketakutan, makanya, sekarang kamu harus bersihin gudang!" omel Pak Bahagia. BUG! Tiba-tiba sebuah ember jatuh tepat di kepala Pak Bahagia. "H ... he, saya tidak apa-apa, sudah sana kalian berlima pulang dan Bagas, cepet bersihin gudang!" kata Pak Bahagia lalu beliau berjalan dengan sempoyongan.
Kami pun langsung berjalan keluar Toko Hewan Bahagia. Kurasa, Pak Bahagia itu hidupnya nggak bahagia, sesuai namanya. Tapi malah sengsara, kok namanya nggak Pak Sengsara aja sih?, batinku nggak jelas. "Kita pulang terus makan es krim, ya?" kata Yusifa sembari menjilat bibirnya. "Ya lah, serah kau" jawabku. "Eh, eh, eh!" Rezka tiba-tiba menarik lengan bajuku dan membisikkan sesuatu padaku, "Ada orang di belakang kita yang mukanya ditutupin jacket. Dari tadi dia itu ngikutin kita terus. Mana dia jalannya cepet-cepet banget, aku takut dia mau nyulik atau ngerampok kita" dan yang pasti kata-kata dari Rezka itu membuat bulu kudukku berdiri dan berkonser musik lagu Nidji (ah, apaan sih?)
Oh ya, kita itu pulang lewat lorong yang sepi banget lho. Kok aku malah bangga ya? Padahal lagi ada masalah begini ='= ... ah, sudahlah. "Oke, gini aja, buat ngamanin diri kita, kita hajar tu orang buat nyelametin diri kita. Ngerti?" segera saja kami berlima sibuk mengatur rencana. "Yak, siipp ...!" Yusifa mengacungkan jempol. Sok hebat amat ni anak. Tanpa ada aba-aba dan tanpa perencanaan, Yusifa langsung berlari ke belakang, menghampiri orang mencurigakan itu. GUBRAK! Yusifa tergelincir karena ada kaleng di dekat kakinya. "HEH! Kamu denger ga sih rencana kita tadi?!" omelku karena aku keseeelll banget sama Yusifa, abis dia udah sok, pake jatuh segala lagi.
"Heeh ...? Rencana apaan? Rencana makan es krim kan? Denger tuh," kata Yusifa sambil mencoba bangun. Akhirnya dia berhasil bangun. "BUKAANN!!" jerit kami bersamaan. Thara mengedipkan matanya pada kami, dan kami langsung berlari menghampiri orang mencurigakan itu. "Bel, borgol tangannya dari belakang!" perintah Thara. "Aku gak bawa borgol, lagian aku gak pernah bercita-cita jadi polisi" kataku. "Udah lah, tahan aja tangannya!" kata Thara gemas. "Siip, Bos!" aku mengangguk sembari menahan tangan orang mencurigakan itu. "Eeh, JELEK! Lepasin gak!!" orang mencurigakan itu menjerit-jerit. "Ah elah, jelek apaan? Orang cakep gini!" serentak kami berlima mendengus.
"Lho? Tunggu, kayaknya aku pernah denger suara yang nauzubillah ini deh" kata Medina mengingat-ingat. Kami pun langsung melepaskan cowok itu. Cowok itu membuka penutup jacketnya dan dengan wajah merengut kesal dia menjitak kepala kami satu per satu. "Nnng ... muka ini, kayaknya kenal deh. Siapa ya?" aku dan Yusifa berfikir-fikir. "Heh, aku ini Bagas tau! Ngapain kalian tadi?!" sungutnya. "Hhe ... kita kira kau itu maling atau penculik" terangku sembari memberi cengiran lebar.
BLETAK! BLETAK! BLETAK! BLETAK! BLETAK! Kembali Bagas menghadiahi kami jitakan bonus yang langsung jadi benjol dua. Huwee ... Bagas kejaammm! "Iih, Bagas! Ulang tahunku itu masih lama, 31 Januari, jangan kasih hadiahnya sekarang dong!" kataku sambil mengelus kepalaku yang sakit habis dijitak dua kali sama tu anak. "Salah kalian sendiri ... emang tampangku kayak maling atau penculik apa?! Lagian aku diminta Pak Bahagia buat ngikutin kalian tau! Udah ah, mau pulang" dengan tampang marah yang melas, Bagas langsung pulang.
---Esoknya---
"Kalian dipecat!" kata Pak Bahagia setelah mendengar semua ceritanya dari Bagas. Dengan lesu kami berjalan keluar dari Toko Hewan Bahagia. "Iih ... kenapa kita malah dipecat? Lagian, kita kan belum ngelayanin pelanggan!" rutukku, dilengkapi anggukan Thara yang malas. "Emang Pak Bahagia siapanya Bagas sih? Kok kayaknya Pak Bahagia sayang banget sama tu anak?" komentar Yusifa. "Kamu kan yang stalkernya, Yus. Harusnya kamu tau" desahku.
"Katanya sih Pak Bahagia itu temen bapaknya Bagas" kata Medina. Kayaknya jabatan stalker harus jatuh ke tangan Medina deh ='=
"Kayaknya, temen bapaknya Bagas kok namanya langka semua? Pertama Pak Mamat, kedua Pak Bahagia, ketiga Pak siapa lagi? Lagian, harusnya si Bagas itu pergi ke Tanggerang kan?" kata Thara sembari menjauhi Yusifa. Hiii ... Yusifa ngeces gara-gara ngeliat kue tart stroberi yang dibawa seorang perempuan. Yusifa ini, udah Ratu Ingus, dia masih mau dapet gelar Ratu Ngeces yaa? ='=
"Yus, nih tissue" aku menyerahkan tissue pada Yusifa dan Yusifa menyeka bekas ngecesnya, lalu Yusifa membuang tissuenya ke tong sampah. "Menurut gossip (emang Bagas artis?) si Bagas itu pernah buat pengunjung toko Pak Bahagia ketakutan, abis Bagas pake gaun yang ngembang-ngembang gitu deh, makanya Bagas harus kerja di toko Pak Bahagia, plus nggak jadi ke Tanggerang. Nasibnyaa masih sama aja kayak chapter New Character" jelas Thara. Gyahaha ... peace, Bagas :)
"Jadi, kita mau gimana nih? Udah dipecat dari toko hewan, huuh ... kita ketularan nasib Yuciep!" gumam Rezka. Yusifa emang anak yang nasibnya jarang bagus (eh, Bagus kan nama kakekku), makanya kalo nasib kita-kita pada jelek secara mendadak, salahin Yusifa aja ya.
"Ya udah, ayo kita pergi ke KFC! Aku traktir deh (biar kalian nggak ngomongin aku mulu)" kata Yusifa yang lagi sok baik. "Emang kamu ada duit? Bukannya biasanya kere banget?" sindirku berbarengan dengan sindiran Thara. "Ada dong ... kemarin aku dapet uang dari nenekku sebesar dua ratus ribu" kata Yusifa sambil menunjukkan uang dua lempar berwarna merah muda dari dalam kantung celananya. Mata Medina langsung berbinar-binar. Mata duitan sih ='=
"Lho? Tapi kok dompetku gak ada? Ah, biar deh, yuuk!" kata Yusifa semangat.
---Sementara di Toko Hewan Bahagia---
"Tadi aku ambil dompet Yusifa. Ada uang nggak ya? Hehe~ya Allah, ntar aku kembaliin ke Yusifa kok, makanya ridho'in aku ambil uangnya ya" gumam Bagas sambil membuka dompet Teddy Bear Yusifa. "Heeh?" mata Bagas membulat ketika dia melihat dua lembar uang seribuan. "Ah! Tu cewek emang kere banget!!" seru Bagas marah sambil melempar dompet Yusifa ke lantai.
~The End deh~
(Mangap, peran Bagas cuma dikit *membungkuk* Dan kalo ceritanya nggak kocak, mangaapppbanget)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar