Sabtu, 25 Juni 2011

~Unique School~ Chapter: 4

{Yeayy ... menyenangkan sekali! Tak terasa sudah mencapai Chapter 4. Terima kasih yang sudah berkenan membacanya, mengomentari, mengkritik dan memberi saran. Sankyuu~}

Apa? Zen bilang aku 'manis'? Hehehe ... memang sudah menjadi takdir. Tapi, kenapa pipi Zen sampai merona begitu? Aaww, jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan! "Zen, jangan bilang kalau kamu menyukai aku, ya. Atau aku akan menghajarmu!" ancamku lalu segera kembali ke kelas. Adduh ... aku sukses menjadi gadis garang nomor satu, nih!! Apa ... apa Zen akan membenciku ya? Entahlah. Aku jadi takut. Apa benar selama ini aku terlalu kasar, garang, jutek, judes dan ha- tiku membeku? Apa aku sejahat itu? "Rie, kamu kenapa? Kok wajahmu pucat begitu?" Joanne mendekatiku dan memegang kedua tanganku. "Suhu tubuhmu juga dingin. Kamu sakit ya? Mau aku antar ke UKS?" tawar Joanne. Kelembutan senyumnya menghangatkan hatiku. Aku tidak bisa menolak. "Tapi, kamu nanti akan dimarahi Clara karena membantuku, Joanne. Mmmh, kamu baik sekali" kataku.

Joanne tanpa menjawab kegelisahan hatiku langsung mengantarkanku ke UKS. "Ibu, Rie sakit. Tolong izinkan dia untuk tidak mengikuti pelajaran" pinta Joanne. "Ya sudah. Kamu baik sekali, Joanne. Kembalilah ke kelasmu dan Rie, lebih baik kamu beristirahat. Kurasa kamu sedang mengalami masalah berat, Nak" kata guru di UKS. Namanya Bu Mika. Bu Mika adalah guru termuda di sekolahku. Usianya baru dua puluh dua tahun. Namun Bu Mika adalah guru yang tergolong sabar dalam menghadapi murid-muridnya. Apalagi Bu Mika adalah "calon" dokter. Selama beberapa jam pelajaran aku hanya melamun sembari menatap jam dinding.

Aku tidak memikirkan apapun. Semuanya beterbangan di kepalaku. Ash kakakku, Zen yang baik, Carl yang sok, Rick si cowok yang suka merayu, Chie yang manis, Mei yang cantik, Joanne si baik hati, Clara musuh bebuyutanku dan juga tentang Zellia. Semuanya menari-nari dan membuat kepalaku berkunang-kunang. Kumohon, cepat pulang! Aku sudah sa-
ngat tidak tahan lagi!, harapku dalam hati. Seakan-akan kepalaku ditusuk beratus-ratus kali oleh jarum dan kepalaku su-
dah hampir mau pecah. Sakiiittt sekali!

Sudah pukul dua. Bu Mika tidak berada di UKS. Pasti murid-murid yang lain sudah pada pulang semua. Aku beranjak ban-
gun dari tempat tidur, mengenakan tas-ku, merapihkan selimut lalu bergegas ke luar dari UKS, meski kepalaku masih san-
gat pening. Aku berpegangan pada tembok. "Hossh ... hossh ..." napasku tidak beraturan. Keringatku mengucur deras dari keningku. "Rie, kamu nggak papa?" terdengar sebuah suara lembut. Aku menengok dan melihat Zen yang sepertinya mengkhawatirkan aku. "Kepalaku ... sakit" hanya itu yang bisa aku katakan sebelum pingsan. Zen membopongku dan dia membawaku menuju rumah sakit terdekat (karena guru-guru sudah pada pulang). Padahal aku belum mengatakan sesu-
atu kepada Rie, batin Zen.

Sesuatu apa yang ingin dikatakan Zen pada Rie? Dan mengapa Rie tiba-tiba sakit? Tolong baca Chapter selanjutnya~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar