Sabtu, 25 Juni 2011

~Untitled Story 2: Penyelesaian Masalah dalam Perlombaan~

Dan dua hari itu pun terlewat begitu saja tanpa ada yang rajin mencari bola kaca perak itu, kecuali Thara dan aku. Kami berdua selalu berkeliling taman dan gudang sekolah untuk mencari-cari bola kaca itu. Perlombaan bulanan pun dimulai juga, meski kedua grub yang akan bertanding mengalami masalah yang cukup menyulitkan. Perlombaan pertama adalah olahraga. Lina Nur Amalia, Bunga Sandra Wijaya, Yusifa Tamarlin, semua siswi yang berbakat olahraga pun mulai melakukan pemanasan sembari menyunggingkan senyum mengejek ke arah grub lawan. Grub Pelajaran memang terkenal dengan kebodohannya dalam olahraga semudah apapun. Ketika peluit dibunyikan, para peserta lomba langsung mengambil ancang-ancang dan mereka langsung berlari cepat bagaikan roket (tidak termasuk Grub Pelajaran). Anggota Grub Pelajaran yang mengikuti lomba olahraga: Maura Maharani, Sakinah Qatrunada Nompo, Dheanisa Karenina, mereka hanya duduk bersantai di garis start sambil mengobrol dan meneguk sebotol soft drink. Tentu saja mereka kalah.
  Perlombaan kedua, pelajaran Matematika. Maura, Sasa, Dhea dan anggota Grub Pelajaran lainnya gantian memandang grub lawan dengan tatapan mengejek. Perlombaan Matematika diadakan selama dua jam. Dan dalam waktu satu setengah jam, soal-soal perlombaan yang berjumlah tujuh puluh soal itu dapat dikerjakan dengan baik oleh Grub Pelajaran. Score perlombaan pun seimbang, 1-1. Akhirnya, Grub Netral pun merundingkan siapa pemenang perlombaan bulanan itu dengan cara fotting. Dan yang lebih parah, tidak ada satu orang pun dari Grub Netral yang memilih di antara Grub Pelajaran maupun Grub Akademis! Anggota Grub Netral (semuanya) mangosongkan kertas pemilihan dan dengan jujur, mereka mengatakan kalau melakukan fotting sudah sangat kuno dan tidak modern.
  "Bagaimana kalau kita tidak memilih pemenang dari kedua grub itu?" usul Thara yang segera disambut dengan sorakan meriah oleh Grub Netral. Mereka pun melanjutkan aktivitas tidak penting yang biasanya mereka lakukan di markas Grub Netral: menonton gosip seputar selebriti. TENG! TONG! TENG! TONG! Bel pulang sekolah berdentang selama dua seteng-
ah menit. Aku, Thara, Oriza dan Rezka Bella langsung keluar dari markas Grub Netral. Kami melalui jalan pintas menuju rumah kami, karena rumah kami satu blok dan hanya terhalang tiga rumah. Sesampainya di rumah, aku langsung melom- pat ke arah ranjang tempat tidur sembari menggumamkan sebuah kalimat sebelum masuk ke alam mimpi, "Aku harus men- damaikan Grub Pelajaran dan Grub Akademis". Zzzzzz ....!
  Esoknya, aku bangun pagi sekali dan segera mandi. Setelah mandi, aku bergegas berangkat ke sekolah bersama-sama dengan Thara, Oriza dan Rezka Bella. Setelah sampai di sekolah, aku langsung menyelipkan surat beramplop di meja wal- as yang berisi pemberitahuan kalau beberapa anggota Grub Netral memiliki misi yang lebih penting daripada belajar (hha, ini sebenarnya kelewatan! Misi apa yang lebih penting daripada belajar?). Setelah itu, aku langsung menuju "sarang buku kuno dan modern" yang berada di lantai tiga. Ada satu hal yang mengganjal hatiku, bola kaca! GABRUK! Seseorang men-
abrakku dengan lumayan keras hingga kepalaku pusing tujuh keliling. Ketika aku berdiri dan berusaha untuk seimbang ... aku tahu siapa yang menabrakku tadi, Thara!
  "Hei! Kenapa menabrakku?" tegurku. Thara mendengus. "Aku ingin pergi ke perpustakaan. Kau juga? Ya sudah. Ayo sa- ma-sama saja ke atas!" ajaknya. Sepertinya dia dapat membaca pikiranku. Kami berdua langsung menaiki tangga yang berliku-liku. Setelah sampai di lantai tiga, kami langsung masuk ke perpustakaan dan membongkar dus-dus yang berisikan buku-buku kuno yang sudah tua dan lapuk. Sebuah buku bersampul biru terang bertuliskan "Legenda Bola Kaca" membu-
at bola mataku dan Thara bersinar-sinar. Kami berusaha pelan membuka sampulnya dan membaca beberapa data yang penting saja.
  Kami menemukannya! Bola kaca perak yang asli berbentuk bulat, namun sedikit pipih dan warnanya bukan keperakan lagi, melainkan silver! Bola kaca perak (harusnya silver) biasanya disimpan di tempat-tempat yang tidak akan dipikirkan oleh orang-orang. "Hmmm ... dimana ya?" pikirku dan Thara sembari bertopang dagu. Kemudian, aku pun mendapatkan sebuah ide. Aku langsung menarik tangan Thara dan menyeretnya menuju toilet yang berada di seberang perpustakaan. "Mengapa kau menyeretku ke toilet? Mau pipis ya?" hha ... bodohnya dia! Aku mencubitnya pelan. "Bukan bodoh! Aku sedang mendapatkan petunjuk bola kaca itu" desisku pelan, takut ada seseorang yang mendengarkan percakapan aku dan Thara. "Dimana?" katanya tertarik. Aku masuk ke sebuah toilet dan membongkar laci-laci yang berisi botol sabun dan pewangi. Aku menemukan sebuah kotak! Segera kubuka isinya dan ... bola kaca silver!
  Sementara wajah Thara tampak sumringah, wajahku justru jadi sendu. "Hee ... anata riyu (kamu kenapa)?" tanyanya dengan wajah pura-pura simpatik. "Di buku Legenda Bola Kaca tadi disebutkan jika bola kaca perak warnanya sudah ber- ubah semua menjadi silver, maka bola kaca itu tidak akan menimpulkan keajaiban lagi, melainkan menjadi bola kaca biasa. Dan coba kau lihat, di bola kaca ini, hanya ada 1/4 bagian yang belum berubah menjadi warna silver. Kita tidak akan mungkin mengembalikan jiwa teman-teman kita ke tubuh mereka masing-masing. Kita tidak punya cukup waktu!" jelasku, hampir menangis.

Benarkah Grub Pelajaran dan Grub Akademis tidak akan kembali menjadi tubuh mereka sendiri? Baca saja kelanjutan cerita ini di ~Untitled Story 3~!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar