Sabtu, 25 Juni 2011

~Unique School~ Chapter: 2

{Cerita ini fiksi, tidak pernah terjadi--sampai detik ini--dan yang terpenting, mohon dibaca kalau berkenan, dan tolong beri saran, komentar ataupun kritik}

Pelajaran hari ini terasa sangat ... sangat ... dan sangat membosankan--bagi aku. Entah mengapa, semua materi yang diberikan oleh guru tidak ada satu pun yang masuk ke otakku. Aku jadi tidak mengerjakan sama sekali latihan soal Ilmu Pengetahuan Alam dan Bahasa Inggris. Bagaimana jika Ash mengetahui ini? Oh no ...! Meski Ash malas belajar, otaknya sungguh brilian. Ash-lah yang selalu mengajariku tentang pelajaran dan Ash jugalah yang selalu membantuku menghafal setiap materi. Aku memang pengingat yang buruk. Tapi, sejak setengah tahun yang lalu, Ash selalu membuatkanku susu yang dicampur dengan telur dan kacang mede (bisa dibayangkan, bagaimana rasanya?) sehingga aku bisa mengingat dengan baik. Namun, yaah ... resikonya hanya rasa susu itu saja.

TENG! TENG! TENG! TENG! Jam istirahat. Huaah ... ku regangkan seluruh otot-otot yang sakit setelah menderita selama (kurang lebih) dua jam, untuk belajar. "Rie, mengapa kamu tampak kebosanan sekali? Bukankah soal Ilmu Pengetahuan tadi itu hanya membahas tentang organ-organ tubuh manusia? Kita sudah mempelajarinya sejak kelas empat sekolah dasar ..." kata Chie. "Maka dari itu, aku lupa semuanya! Lupa ... tanpa alasan yang jelas" kataku dengan wajah yang memelas. "Kamu sekarang jarang minum susu buatan kakakmu itu ya?" duga Mei. Dan aku hanya tersenyum mengiyakan. Habis, Ash sekarang sudah tidak terlalu perduli padaku lagi, sih. "Apalagi Bahasa Inggris. Soal-soal tadi itu kan soal untuk anak sekolah da ..." sebelum Mei mengoceh panjang kali lebar ditambah rumus balok, aku langsung membekap mulutnya. Aku memang paling benci diceramahin.

"Kyaa ...! Kyaa ...! Kyaa ...!" terdengar riuh suara jeritan. Dengan malas aku menengok. Hoo--? Dugaanku benar. Ada tiga orang cowok memasuki kelas. Di sekolahku ini, ada sebuah kelompok yang sama nyebelinnya dengan kelompok Clara yang Cantik, Joanne yang Pintar dan Zellia yang Kaya. Kelompok itu menamai diri mereka Team Guy-Guy Stuff (Kelompok Cowok-Cowok Keren). Ampuunn ...! Mereka percaya dirinya tinggi sekali. Pimpinan mereka: Carl, cowok cakep yang sok pintar (padahal nilainya di bawah lima). Kemudian tangan kanan Carl: Zen, cowok cakep yang baik hati dan jago karate, namun tidak pernah berani membuat Carl marah. Dan tangan kiri Carl sekaligus suruhan Zen: Rick, cowok berponi pirang yang pandai merayu. Aku benci mereka semua, tak terkecuali siapapun!

Aku mengambil handphone-ku dan asyik bermain game. Sementara Chie dan Mei membicarakan sesuatu. "Rie, ada apa itu di dalam laci mejamu?" tanya Mei menunjuk ke dalam rongga laci mejaku yang hitam kelam. Aku pun menarik selembar kertas dari laci mejaku. Seingatku, aku tidak pernah menyimpan sampah di dalam laci meja, deh. Aku membuka lipatan di kertas itu dan membaca isinya: "Ini hadiah dariku untukmu, Rie yang Manis! "

Aku meringis. Pasti ini ulah Clara-Joanne-Zellia! Soalnya, tulisan itu ada bercak glitter pink  yang berkilauan. Di sekolahku ini hanya Clara, Joanne dan Zellia saja yang menggunakan kuteks dengan glitter pink. Ternyata, di dalam selembar kertas itu mereka menyisipkan selembar foto. Ketika aku melihatnya ... Oh My God! Demi dewi Athena dan segala dewi- dewi lain di Bumi ... foto macam apa ini??!!! Clara mengedit fotoku yang sedang tersenyum dengan kumis, topi badut, pipi merona merah dan pakaian gembul beruang! Clara pandai mendesain kejahatan macam ini rupanya. Tidak tampak sama sekali kalau foto itu hanya rekaan belaka. Di belakang foto itu ada sebuah pesan singkat: "Foto ini tidak hanya satu saja, tapi ada lima puluh foto kecil dan lima buah foto yang berukuran raksasa. Aku akan memajang fotomu ini di mading, Clown Princess (Putri Badut), hahahaha ... -Clara ".

"Ri ... Rie, gawat! Kita harus cepat-cepat mencegah Clara. Bisa-bisa kamu malu seumur hidup!" Chie mengenakan sepatu rodanya dan berlari keluar kelas. "Aku juga tahu!" jawabku lalu meremas foto memalukan itu dan membuangnya ke tong sampah. Kami berlari menuju mading dan lututku serasa lemas seketika saat melihat sebuah foto memalukan berukuran raksasa terpajang di mading. Dan ketika mereka melihatku, mereka tertawa. Iiikkhh ... Clara memang menyebalkan! Awas saja dia, kalau bertemu denganku, akan aku rusak bulu matanya yang melengkung tajam itu! "Hihihi ... Rie, kamu cantik banget, tahu!" tiba-tiba terdengar suara cericitan tikus yang membuatku berdiri tegap dan menatap tajam lawan bicaraku. "Kamu ... Clara! Untuk apa sih mempermalukan aku di mading untuk yang kedua kalinya??! Belum puas kamu, ya, menjelek-jelekkan aku terus?" marahku sembari melotot tajam pada Clara. "Yeah. Aku memang belum puas. Aku baru akan puas kalau membuat hidupmu berantakan sampai mati !" kata Clara lalu mengibaskan rambut panjangnya.

Akh ... sial! Aku memang tidak pandai beradu mulut. "Itu hasil edit kan? Kumisnya miring, tuh!" kata Zen, lalu menatapku dan tersenyum manis. Untuk apa dia tersenyum padaku? Aku kan bukan penggemarnya? Mau sok cari perhatian kali ya? Clara tampak terkejut. "E ... edit? Bukan, bukan! Itu aku yang foto, beneran kok. Sumpah!" Clara mengacungkan jari berbentuk huruf "V". Zen memperhatikan dengan seksama foto memalukan itu. "Tapi, warna kostum beruangnya seperti bukan warna asli, terlihat kartun" komentar Zen lagi. "SUDAH KUBILANG KALAU ITU BUKAN FOTO EDITAN! NGERTI GAK SIH??!!!" dengan wajah merah padam Clara pergi kembali ke kelas.

"Emh ... makasih" kataku lalu bergegas kembali ke kelas juga. "Eit tunggu!" Zen menahan lenganku dari belakang. Wah, jangan-jangan Zen ada maunya?? Aku kan tidak membawa uang jajan sama sekali. Bagaimana ya? "Kan kamu udah aku bantu, boleh minta imbalan kan?" kata Zen sembari terus mempertahankan senyum manisnya. "Kamu nggak perlu terus- terusan senyum sama aku. Nggak mempan tahu!" kataku. Zen melengos. "Ya sudah, jadi begini, kamu mau nggak aku jadiin teman akrab?" tanya Zen. "Hee--? Benar cuma itu imbalannya? Kamu nggak ada maksud tersembunyi kan? Kalau gitu, boleh aja sih" gumamku. Zen mengangguk. Tapi sebenarnya, aku  ada maksud tersembunyi lho!, batin Zen.

Maksud tersembunyi apa? Hmm ... mungkinkah Rie akan mendapat masalah baru seiring pertemanannya dengan Zen?? Ataukah Zen merencanakan sesuatu yang lebih buruk daripada kejahatan Clara? Kita akan mengetahui kelanjutannya di Chapter 3^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar