---Tanpa basa-basi langsung aja ke cerita---
"Kita adain drama!" kata guru baru, Bu Indah. Aku diem-diem aja sambil makan bekal. Aku kan nggak bisa ngapalin, palingan aku jadi peran pembantu, batinku. "Drama apaan, Bu?" tanya Rezka bingung. "Nnng ... drama tentang putri-putrian aja deh jadi pemerannya anak-anak perempuan" kata Bu Indah. Kembali aku hanya diam. Tak peduli urusan drama. "Ibu sudah milih tokoh utamanya. Yusifa jadi Putri Salju ya?" kata Bu Indah sembari menyerahkan naskah dialog. Yusifa yang lagi makan sosis langsung batuk-batuk. "Hah? Jadi Putri Salju?" Yusifa tampaknya kaget. Yah ... masa orang kayak dia yang sering ingusan gitu jadi putri, aku aja juga kaget.
Habis itu Bu Indah kembali berkeliling, menatap muka anak-anak perempuan satu per satu, buat nentuin peran-peran drama. "Nabila jadi Cinderella, Nadhira jadi kakak tiri, Rezka jadi cermin, Medina jadi kurcaci, blablabla ..." kata Bu Indah sambil terus membagikan naskah dialog. "Ya elah, masa' aku jadi kurcaci?" kata Medina dengan raut wajah kesal. "Aku juga, masa' jadi Cinderella? Terus masa' yang jadi kakak tirinya si Thara sih. Nggak banget deh!" gumamku. Yah, karena peran terlanjur dibagikan, tanpa bisa menolak, kami akhirnya hanya pasrah saja.
---Saat latihan---
"Yusifa, baca naskah dialognya yang benar dong! Kalau jadi Putri Salju harus lemah lembut. Hapus ingusmu yang meler itu! Terus, kita lanjutkan latihannya" kata Bu Indah. Yusifa mengambil lap (tau deh lap apaan) lalu dia menyeka ingusnya yang meler luar biasa itu. Setelah itu, Yusifa kembali berlatih dengan Bu Indah. "Ah, saya pusing. Yusifa bener-bener gak cocok dapet peran jadi Putri Salju. Oriza saja deh, ayo kesini!" kata Bu Indah tiba-tiba menemukan gagasan hebat. Oriza pun langsung menghampiri Bu Indah dan dia mengikuti pelatihan dengan benar.
"Lha? Kok Ori yang jadi Putri Salju? Saya jadi apaan dong, Bu?" muka Yusifa yang melas jadi tambah melas, aku jadi agak eneg ngeliatnya. "Yusifa jadi Ratu Jahat aja, ini naskahnya, ayo kita teruskan lagi latihannya" kata Bu Indah. Yusifa pun mulai menunjukkan bakat aktingnya sebagai tokoh antagonis. "Hahaha ... kalau aku memberikan apel beracun ini pada Putri Salju, dia akan tidur selamanya, dan aku akan menjadi gadis paling cantik di negeri ini" kata Yusifa berakting. "Yusifa Tamarlin! Kalo jadi Ratu itu harus jahat! Kamu harus lebih kejam lagi!!" kata Bu Indah kurang puas.
"Yaa Buu" jawab Yusifa tidak ikhlas. "Ya sudah, ayo Nabila sama Nadhira latihan!" Bu Indah beralih ke aku dan Thara. Ya ... nasibku jadi Cinderella deh. "Cin, Cin, sini ... ambilin baju aku terus setrikain ya! Jangan sampe gosong!" Thara mulai berakting. Thara kan emang tukang suruh-suruh dari dulu, jadi aktingnya bagus banget. Setengah jam kemudian, latihan hari itu berakhir juga. Para pemeran tampak kelelahan, terutama si Ratu Jahat, Yusifa. "Gak enak banget jadi Ratu Jahat ... kata Bu Indah pas pementasan aku harus pake make-up tebel-tebel terus dikeriputin! Harusnya aku yang jadi Putri Salju" Yusifa ngedumel.
"Jadi tua beneran deh" ledek Medina. "Alah, yang jadi Kurcaci aja sombong bener" balas Yusifa. "Eh, enak aja, aku itu Kurcaci yang paling pinter tau" Medina membanggakan perannya. "Ya lah, pulang yok! Udah sore gini" ajakku sambil menarik tangan Thara.
---Saat Pementasan---
Aku sudah mengenakan gaun biru khas Cinderella, rambut pendekku juga dikonde, terus dijepit pake bandana. Ngikutin Cinderella banget deh. Terus karena aku nggak mau pake make-up, alisku dibuat jadi tebel banget. Sekarang aku bener- bener mirip sama emak-emak yang ada di pasar deh ='=
Kalo Thara cuma pake kaus putih yang dibuat khusus oleh Bu Indah sama celana biru jeans longgar. Terus dia dipakein make-up yang buat dia keliatan kayak orang paling sadis di dunia ini. Thara tampaknya tersiksa banget. Ralat! Yang paling tersiksa itu Rezka, dia pake kostum cermin jadi dia susah jalannya. Gyahaha ... aku hanya bisa tertawa, terus Medina pake baju hijau-hijau kayak Buto Ijo gitu deh (eh, anaknya Buto Ijo deh). Kalau Medina sama sekali nggak pake make-up, dia pake topi kerucut warna hijau yang motifnya bintang (nggak pas banget).
Kalau Yusifa pake gaun warna hitam-hitam, make-upnya buat dia keliatan keriput. Terus dia pake mahkota dari plastik. Yah, benar-benar serem sih. "Sebentar lagi dimulai" kata Bu Indah. Oriza yang berperan jadi Putri Salju sudah siap dengan gaunnya yang berkerah putih. "Ayo Oriza keluar!" kata Bu Indah lima menit kemudian. Oriza langsung tampil di atas panggung. Setelah itu giliran Yusifa muncul. Terdengar suara serak Yusifa, "Cermin ... cermin ... di dinding, hmmm ... siapakah yang tercantik di negeri ini?"
Rezka hendak menjawab, tapi dia segan, "Aku lah" jawab Rezka improvisasi. Para penonton tertawa. Kemudian saatnya Yusifa untuk menyerahkan apel beracun pada Oriza. Secara tak sengaja Oriza menyenggol sikut Yusifa hingga Yusifa oleng dan hampir jatuh ke tribun penonton. Aku--dengan berlari-lari mengangkat ujung gaun--, Thara, Medina dan Rezka yang kesusahan berlari karena kostumnya, menolong Yusifa berbarengan. Ceritanya jadi bener-bener nggak jelas!
Setelah menolong Yusifa yang hampir terjatuh, kami berempat bergegas kembali ke belakang panggung karena takut merusak cerita. Yang penting Yusifa gak jatuh ke tribun penonton, soalnya nanti penontonnya pasti keberatan sama tu anak. Cerita itu pun berlanjut. Hampir menyampai akhir cerita, Yusifa berhasil membuat Oriza memakan apel beracunnya, dan akhirnya Oriza tidur tenang. Tapi, karena ini adalah drama tanpa anak-anak cowok, jadilah Ratu Jahat yang menang dan Putri Salju terus tidur!
---Sementara pentas Cinderella---
Untuk peran pendukung, Yusifa yang memakai rambut palsu berperan sebagai pangeran. Di pesta, aku berdansa dengan Yusifa. "Heh, Pangeran! Nginjek kakiku mulu, sakit tau!" gumamku kesal, karena sedari tadi Yusifa memang menginjak kakiku mulu. "Mangap, nggak sengaja. Abis nggak bisa dansa sih" balas Yusifa, sebenarnya kata-kata itu sama sekali tidak ada di naskah dialog. Dansa pun kembali berlanjut, meski kakiku sakit karena mengenakan sepatu hak, ditambah lagi Yusifa selalu menginjak kakiku.
Akhirnya, karena tidak sabar plus kesal, aku memukul kepala Yusifa. "HEH! AKU KAN UDAH BILANG, PANGERAN JANGAN NGINJEK KAKIKU TERUS!!" dan penonton kembali tertawa. "Yah ...? Lupa deh aku! Kita kan lagi pentas" gumamku pelan. Yusifa diam. "Dialognya abis ini apa ya? Udah ah, improvisasi aja" kata Yusifa memutuskan. Cerita hampir berakhir, Yusifa mencoba memasukkan kaki Thara ke sepatu kaca yang barusan aku pake. Ternyata muat juga. Abis itu pas mau dicoba ke kakiku, aku refleks nolak "Ah, males, sakit tau pake sepatu hak tinggi gitu!" dan akhirnya, yang hidup bahagia adalah kakak tiri.
Gyahaha ... cerita gak jelas! Udah ah, nanti kita lanjutkan lagi ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar